Mengubah Stigma Memupuk Kemandirian

Mengubah Stigma Memupuk Kemandirian

Pengembangan masyarakat (community development) merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas, mengembangkan potensi dan kemampuan manusia untuk mengontrol lingkungannya.

Kegiatan pengembangan masyarakat ini dianggap perlu dilakukan untuk membantu manusia menumbuhkan kemampuan berorganisasi, berkomunikasi, dan menguasai lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisiatif dan mampu berdiri sendiri.

Manusia sebagai individu yang berinteraksi satu sama lain diharapkan mampu untuk memiliki rasa percaya  kepada diri sendiri, rasa bangga, semangat, dan gairah dalam bekerja. Dengan peningkatan potensi diri, dinamika untuk membangun dapat ditingkatkan serta pada akhirnya akan menumbuhkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan peningkatan kompetensi tersebut, diharapkan akan terjadi perubahan yang nyata, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mau menjadi mau, dari tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak peduli menjadi peduli.

Partisipasi masyarakat menjadi hal dasar dan sangat penting untuk dapat memulai proyek pelaksaaan dari community development. Pemerintah dalam hal ini juga telah banyak berperan serta dalam beberapa kegiatan pengembangan masyarakat dengan membantu para penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) dalam mengembangkan potensi dirinya.

Proses pembinaan para penghuni lapas dilakukan sebagai upaya pembangunan nasional, yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Pembinaan baik dalam bentuk keterampilan dan kemandirian dilakukan bagi para penghuni lapas. Pembinaan keterampilan bertujuan untuk meningkatkan engagement dan komunikasi dengan beragam individu, kelompok, dan organisasi sebagai bekal dalam proses kembalinya para penghuni lapas ke dalam lingkungan masyarakat.

pembinaan dalam bidang kemandirian dilakukan dengan tujuan agar setelah selesai menjalani masa tahanan, para penghuni lapas dapat mandiri bekerja sama dengan orang lain atau membuka usaha sendiri. Melalui pelatihan dan pengembangan kemampuan, diharapkan stigma yang telah menempel di benak masyarakat dapat sirna dan dapat meraih kembali kepercayaan masyarakat.

**

Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS), sebagai salah satu lembaga sosial di Kota Bandung, telah melakukan beberapa kegiatan pengembangan masyarakat. Kerjasama dengan beberapa pihak pun dijalani, seperti dengan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi), Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dan Perempuan Bandung Bersatu (PBB).

Ketua harian Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Medi Mahendra menyebutkan, kegiatan pengembangan masyarakat ini bertujuan untuk mengubah stigma bahwa warga binaan adalah warga yang termarginalkan. Kegiatan pelatihan dan pengembangan diri telah dilakukan. Produk-produk hasil binaan warga lapas Sukamiskin tak kalah bersaing dengan produk – produk yang beredar dipasaran.

Kepala Lapas kelas II A Kota Bandung Surta Duma mengatakan bahwa warga binaan atau penghuni lapas diberikan bekal keilmuan untuk meningkatkan kreativitas serta mengeksplorasi kemampuan yang mereka punya. Untuk mengoptimalkan kegiatan pelatihan ini, telah dilakukan kolaborasi yang melibatkan berbagai instansi, baik Dinas Sosial, Lembaga, maupun komunitas masyarakat. Hal itu diharapkan mampu memicu semangat para warga binaan untuk terus menghasilkan produk – produk sebagai bekal mereka saat tidak di lapas lagi.

Bukti nyata dari kegiatan ini slah satunya adanya dengan pembukaan kafe dan resto yang dikelola oleh mantan warga binaan Sukamiskin dengan nama kafe rumah modus, dengan tagline “bukan modal dusta tapi modal sasarengan”. Disini, selain menjual makanan dan minuman, tersedia pula produk kerajinan tangan, cendera mata, busana, dan banyak lagi kreativitas hasil para mantan warga binaan.

Peningkatan kemampuan ini bukan saja diberikan kepada penghuni lapas yang akan habis masa penahanannya, tetapi juga diberikan kepada warga binaan yang masih menghuni lapas dalam waktu lama. Hal ini bukan saja membantu kaum penghuni lapas, melainkan justru berperan serta dalam membantu UMKM Indonesia. Hal itu terutama dalam mencari sumberdaya yang dapat membantu menghasilkan produk yang berkualitas. Selain itu, juga bertujuan untuk meningkatkan pemasaran produk dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang saat ini menjadi tantangan besar bagi pengusaha Indonesia. ***

Lia Yuldinawati, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom University.

Pikiran Rakyat, Senin 7 Maret 2016, hal 21, Rubrik Selisik.

Tinggalkan Balasan